Rabu, 22 Oktober 2014

REFLEKSI 4



MEMAHAMI FILSAFAT ORANG JAHAT
Oleh: Indah Pertiwi (P.Mat A_14709251002)
(Terinspirasi oleh perkuliahan Filsafat Ilmu Bersama Prof. Dr. Marsigit,M.A
pada hari Kamis, 17 Oktober 2014)

Filsafat itu berada diluar pikiran. Emanuel Kant mengatakan jikalau engkau ingin memahami dunia tengoklah pada pikiranmu sendiri. Artinya yang diluar pikiran itu isomorfik. Apa yang ada diluar pikiran itu harus isomorfis dg pikiran kita. Apa yang kita pikirkan dapat dikatakan isomorfis jika dapat dipetakan. Berbeda halnya dengan partai politik, partai politik tidak cukup hanya di dalam dirimu sendiri namun harus bekerja sama dengan anggota yang lain. Sebagai contoh adalah ketua harus bekerjasama denga sekretaris, bendahara dan anggota-anggota yang lainnya. Namun jika ingin berfilsafat cukup secara mandiri/subjektif/individu.
Setiap orang berhak dan bisa berfilsafat. Apapun kondisi seseorang, apakah baik apakah jahat apakah kaya apakah miskin apakah salah apakah benar. Jahat disatu sisi bersama dengan salah bersama-sama dengan tidak baik bersama-sama dengan negatif. Sedangkan lawan dari jahat yaitu orang yang baik. Baik itu positif, benar, surga. Jadi karena filsafat itu bersifat pribadi maka dirimu bisa menjadi diri yang baik atau jahat. Filsafat bisa menjadi milik orang baik bisa menjadi milik orang jahat. Sebagai cotoh adalah Astina dan Pandhawa. Astina memiliki sifat jahat dan Pandhawa memiliki sifat baik. Maka Astina dan Pandhawa mempunyai filsafat. Jadi sebuah kewajaran jika manusia ada baik dan ada buruk karena sudah kodratnya memiliki filsafat.
Mengapa seseorang itu bisa dianggap jahat? Apakah ciri-cirinya? Dalam filsafat, orang jahat adalah orang yang tidak sehat dan orang baik adalah orang yang sehat. Orang yang jahat itu dis-harmoni dan orang yang sehat itu harmoni. Harmoni berarti sensitif terhadap ruang dan waktu. Sehingga berfilsafat adalah untuk mencari harmoni yaitu kesempurnaan hidup walaupun tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan hidup. Manusia diciptakan paling sempurna dalam ketidaksempurnaan. Namun, karena ketidaksempurnaan itu manusia bisa lebih mengerti hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar