Selasa, 21 Oktober 2014

REFLEKSI 2



MEMAHAMI OBJEK FILSAFAT
Oleh: Indah Pertiwi (P.Mat A_14709251002)
(Terinspirasi oleh perkuliahan Filsafat Ilmu Bersama Prof. Dr. Marsigit,M.A
pada hari Kamis, 9 Oktober 2014)

Filsafat itu tertuang dalam bentuk pikiran karena filsafat berasal dari dalam diri manusia. Objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada dan yang mungkin ada itu mempunyai tak terhingga sifat yang berdimensi. Salah satu sifat dari sekian banyak sifat adalah tetap dan berubah. Sejak awal manusia memikirkannya maka manusia itu sudah menemukan, manusia selalu bertanya atas segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada itu existence tetap atau berubah. Pendapat mengenai sifat filsafat dikemukakan oleh 2 filsuf yaitu Permenides dan Heraclitos. Permenides menyatakan yang ada dan yang mungkin ada itu tetap dikenal dengan Permenidisian. Sedangkan Heraclitos berpendapat lain yaitu yang ada dan yang mungkin ada itu pasti berubah dikenal dengan Heraclitosian. Manusia akan melalui lautan kontemporer tersebut tentu dengan adanya perbedaan pandangan. Seperti halnya dengan aliran filsafat. Ada 2 aliran filsafat yaitu
1.    Aliran Filsafat Idealisme
Sifat yang paling dekat dengan tetap adalah yang ada di dalam diri manusia yakni yang dicita2kan yang diidealkan yang dipikirkan sehingga yang tetap ini sejalan dengan yang ada di dalam pikiran. Jadi sifat tetap ini yang menonjol di dalam pikiran manusia. Tokoh aliran Filsafat idealisme adalah Plato.
2.    Aliran Filsafat Realisme
Sifat berubah ada diluar pikiran manusia. Aliran ini dipelopori oleh murid Plato yaitu Aristotheles.
Jika dilihat dari segi jumlah yang ada dan yang mungkin ada dibagi menjadi :
1.    Satu(monisme)
Satu (monisme) itu relatif tetap yang biasanya menunjuk ke arah spiritual. Spiritualnya satu adalah Tuhan maka menghasilkan monisme.
2.    Dualisme
Dua menghasilkan dualisme. Sebagai contoh adalah Pancasila. Pancasila itu dualisme karena Habbluminallah dan habluminnanas.
3.    Pluralisme (banyak)
Kalo banyak (semakin turun ke bawah) hanya memikirkan dunia sehingga menjadi pluralisme.
Yang ada dan yang mungkin ada bersama sifat yang berdimensi tersebut akan terus mengalir sampai ke ujung pantai yang dinamakan lautan kontemporer. Lautan kontemporer yang penuh dengan pos-pos modern. Lautan kontemporer adalah kehidupan. Manusia saat ini hidup di lautan kontemporer dan belajar filsafat sebagai napak tilas sejarah pemikiran ide atau gagasan oleh para filsuf/pemikir sehingga saat ini ada yang tetap dan ada yang berubah. Menurut Emanuel kant, kalau engkau ingin melihat dunia maka tengoklah apa yang ada dipikiranmu. Karena dunia persis seperti yang engkau pikirkan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar